Jumat, 19 Februari 2010

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN GEOGRAFI

1. Kurangnya sarana pendukung pengajaran geografi .
1) Semestinya jurusan IPS juga diberikan sarana laboratoriu yang khusus seperti halnya jurusan IPA. Terlebih jurusan Geografi sangat membutuhkan sarana laboratorium tersendiri.
Dalam era globalisasi sekarang ini geografi dalam perkembangannya sangat membutuhkan praktek untuk mempraktekkan teori yang dipelajari. Beberapa pokok bahasan yang sangat membutuhkan prktek tersebut antara lain;
a. Materi pengetahuan peta.
Dalam membahas tentang pengetahuan peta , belajar hanya dengan teori sangat tidak cukup tapi harus disertai dengan praktek. Untuk latihan membuat peta secara manual paling tidak dibutuhkan sarana pantograph, rotrin, kertas kalkir,dan lain – lain. Untuk membuat dan merubah skala peta dibutuhkan peta dasar, meteran, kompas, dan lain – lain . Terlebih di era teknologi informasi saat ini pembuatan peta tidak lagi dilakukan dengan cara manual tetapi menggunakan system computer, kemudian dilakukan pengolahan data juga secara komputerisasi, kemudian melakukan interpretasi. Rangkaian kegiatan tersebut sangat membutuhkan satu ruang laboratorium yang khusus.
b. Materi Litosfer
Dalam membahas materi tentang litosfer dibutuhkan bukti fisik berupa contoh beberapa jenis batuan misalnya yang termasuk batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf. Pembahasan lebih mendalam tentang berbagai jenis batuan juga perlu mengetahui bagaimana cara mengetes untuk menentukan satu jenis batuan tertentu dengan menggunakan tes unsure kimia batuan, tingkat porositas batuan .
c. Penginderaan jauh dan SIG
Materi ini sangat membutuhkan media pembelajaran pada saat diajarkan pada siswa. Kalau tidak sangat sulit bagi guru untuk menjelaskan materinya dan siswapun sangat sulit untuk mencernah. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah perangkat computer, citra yang telah dihasikan melalui penginderaan jauh, bagaimana cara pengolahan data dari citra tersebut dan bagai\mana cara untuk menginterpretasi data citra yang telah melalui proses pengolahan.
2) Sarana computer sekolah masih sangat terbatas dan belum ada LCD untuk mempublikasikan media pembelajaran.
Meskipun saat ini kita sudah memasuki era modernisasi teknologi dan era globalisasi namun masih banyak sekolah di daerah pedesaan yang belum memiliki perangkat computer dan LCD. Di sekolah kami perangkat computer tersebut sangat terbatas jumlahnya. Sedangkan untuk mengajarkan materi TIK anak –anak masih mengeluh karena terkadang mereka belum dapat giliran untuk menyentuh computer, waktu belajar sudah berakhir. Terlebih untuk bidang studi yang lain. Agar tidak ketinggalan , beberapa guru telah berusaha memiliki laptop, namun masih kurang yang mampu mengoperasikan. Sementara pihak sekolah belum mengadakan perangkat LCD , sehingga kami sebagai tenaga pengajar sangat kesulitan untuk menarik minat belajar siswa karena situasi yang sangat monoton.
3) Jaringan Internet masih sangat terbatas
Salah satu factor yang membedakan antara pelajar di kota dengan pelajar di desa adalah kurangnya informasi di desa karena terbatasnya jaringan internet. Banyak materi yang tidak di dapatkan di buku paket bagi orang kota tidak menjadi masalah karena dapat langsung mengakses malalui jaringan internet namun bagi pelajar di desa hal tersebut merupakan hambatan yang besar. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mengatasi mahalnya harga buku dengan mernyiapkan buku elektronik secara gratis di internet , dimana setip orang diberikan kesempatan dan kebebasan untuk mengakses , atau di print out , namun kesempatan emas tersebut belum bisa dimanfaatkan sebagian besar siswa di daerah pedesaan. Untuk mengakses materi di internet, hanya sebagian kecil saja siswa yang kadang – kadang ke wilayah lain atau dengan menggunakan HP atau telpon rumah untuk mengakses materi pelajaran. Itupun sangat terbatas hanya pada golongan siswa yang orang tuanya memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas.
Seperti halnya pembahasan materi tentang mineral batuan batuan, pada buku paket yang diterbitkan oleh dinas pendidikan sangat terbatas, sedangkan materi tentang mineral tersebut sering di naikkan dalam materi UANAS terlebih pada materi lomba OLIMPIADE kebumian. Dengan demikian seorang guru guru yang aktif dan professional harus berusaha untuk mencari melalui internet.
Situasi ini bahkan diperparah dengan kurangnya kemanpuan pengusaan computer dan initernet bagi guru. Masih terdapat sekitar 70 persen guru di sekolah kami yang masih belum mampu membuka program computer. Hal ini harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari pihak sekolah agar dapat mengusahakan bimbingan khusus kepada guru-guru dalam hal penguasaan media computer tersebut agar tidak ditinggalkan oleh saman.



2. Perlu dilakukan refisi kurikulum
Pengambil kebijakan tertinggi perlu melakukan peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan memasukkan bidang studi geografi pada jurusan ilmu social, dan pelajaran geografi tidak diajarkan di jurusan IPA. Terbalik dengan sejarah yang justeru dipelajari di jurusan IPA dan IPS.Hal tersebut telah menyebabkan pelajaran geografi tersebut seakan-akan berada di persinpangan jalan. Bahkan ada pihak yang curiga bahwa studi georafi tersebut kemungkinan akan dihilangkan, karena melihat jumlah jam yang juga semakin dibatasi. Suatu dilemma yang paling sering dialami oleh guru georafi adalah pada saat ditugaskan untuk membimbing siswa yang akan mengikuti lomba olimpiade sains yaitu bidang Astronomi dan Kebumian. Mereka harus melatih siswa yang berasal jurusan IPA sehingga terkadang tidak terlalu saling mengenal antara pihak yang membimbing dengan fihak yang dibimbing.
Yang masih perlu dirivisi pada isi kurikulum adalah tentag isi pokok bahasan. Menurut hasil pengamatan penulis bahwa materi yang dipelajari di kelas satu lebih sulit jika dibandingkan dengan materi yang dipelajari di kelas kelas dua dan tiga. Sebaiknya materi yang dipelajari di kelas satu di pindahkan di kelas dua atau tiga
Kebijajakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input – output analisys yang tidak dilakasanakan dengan konsekwen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut , maka lembaga ini akan akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana dan prasarana lainnya dipenuhi , maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan , mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi . Mengapa demikian ? karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang pada proses pendidikan, padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Khusus pada bidang pendidikan geografi di tingkat sekolah menengah, akibat dari kebijakan diatas sangat terasa dampaknya. Masuknya geografi dalam naungan studi ilmu social menyebabkan geografi disekolah kurang mendapatkan perhatian dalam hal praktek utamanya pada kajian geografi fisik. Para pengambil kebijakan seakan akan tidak mau tau . Mereka menganggap bahwan semua materi geografi dapat diselesaikan dalam kelas seperti halnya ilmu- ilmu social yang lain. Namun di sisi lain pada saat pelaksanaan olimpiade sains, geografi mendapatkan dua bidang pembimbingan yaitu materi astronomi dan geo science (kebumian). Meskipun output berupa nilai akhir di uanas banyak yang tinggi, namun dalam hal penguasaan kajian tentang geografi yang sebenarnya sangat kurang karena penerimaan materi kebanyakan hanya berlandaskan pada teori dari buku semata tampa melihat dan mempraktekkan yang sebenarnya karena sarana yang tersedia di sekolah sangat kurang .
Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang – kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi birokrasi di atasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian , keluwesan , motivasi , kreatifitas /
inisyatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya, termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Adanya kurikulum nasional yang selalu mengalami perubahan membuat seorang guru disibukkan dengan upaya penyesuain diri. Pada pelajaran geografi tingkat SLTP dimasukkan kedalam IPS terpadu dimana termasuk di dalamnya sejarah, ekonomi dan geografi, sedangkan jumlah jam yang tersedia hanya empat jam pelajaran, jadi ketiga bidang studi tersebut harus membagi waktu yang empat jam perminggu. Sementara itu tuntutan kurikulum yang sangat padat, memaksa guru harus mencari metode yang instant.
Demikian pula pada tingkat SLTA masalah yang ada tidak jauh berbeda dengan masalah yang ada di tingkat SLTP meskipun di SLTA pelajaran geografi sudah berdiri sendiri
. Masalah yang ada diperparah dengan adanya berbagai keterbatasan di antaranya : terbatasnya sarana pendukung pembelajaran seperti media pendukung pembelajaran , dukungan dan dana untuk praktek baik di laboratorium atau di lapangan. Seiring kemajuan zaman sarana atau media computer sangat dibutuhkan sedangkan pada sebagian besar sekolah terutama di pedesaan masih sangat terbatas. Sementara itu pelatihan bagi guru sangat dibutuhkan untuk pengembangan kemampuan akademik seorang guru, dan pengembangan keterampilan terutama penguasaan computer dan internet.

3. Pihak Guru Belum Banyak Mengetahui tentang Psikologis dalam Belajar
Kehadiran factor fsikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor – factor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam usaha mencapai tujuan belajar secara optimal . Sebaliknya tampa kkehadiran factor-faktor psikologis bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar.
Faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya ifkiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh factor-faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Ada beberapa factor psikologis yang penting dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar apabila dalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hokum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan dan dorongan untuk belajar inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.
Persoalan motovasi ini tergantung pada unsure pengalaman dan interest. Sebagai contoh misalnya jika belajar geografi yang mengandung unsure eperhitungan banyak dari siswa yang kurang bisa sehingga motifasinya untuk mengikuti pelajaran sangat kurang.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar . Untuk memotivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan sehingga tidak perhatian sekedarnya.
Di dalam belajar , mungkin juga ada perhatian sekedarnya tetapi tidak konsentrasi , maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan , tetapi samar-samar di dalam kesadaran. Kesan itu mungkin juga jelas bagi seseorang untuk memahami secara umum apa yang telah dilihat atau didengarnya, tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama. Contoh kongkrit setiap orang mempunyai pengalaman membaca suatu literature , atau katakanlah suatu halaman buku kata demi kata tampa menangkap kesan apa yang dibacanya, atau kalau ada kesan sepintas. Hal ini pada umumnya disebabkan karena kurang konsentrasi , sehingga hasil belajarnya cepat kabur. Kecenderungan semacam ini banyak banyak ditemui dikalangan para pelajar. Menangkap kesan hanya untuk dituangkan pada kertas ujian , setelah itu tidak tahu apa-apa.
c. Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsure fisik maupun mental sebagai suatu wujud reaksi . Pikiran dan otot-ototnya harus bekerja secara harmonis , sehingga anak didik itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif tidak sekedar apa adanya , menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi . Jadi orang yangh belajar harus aktif , bertindak dan melakukannya dengan segala panca inderanya secara optimal. Ibaratnya dalam permainan sepak bola , seorang penjaga gawang yang menangkap bola yang nyaris akan membobolkan gawang yang dijaganya. Pada saat seperti itu sipenjaga gawang betul-betul bereaksi dengan memerlukan segala ketangkasan mental , kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana yang disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu pelajar merupakan factor yang penting dalam belajar.
d. Organisasi
Balajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan , manata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian . Hal semacam inilah yang dapat membuat seseorang belajar akan menjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi mungkin juga bertambah bingung. Perbedaan belajar yang berhasil dengan kebingungan , kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara cara penerimaan dan pengaturan fakta-fakta dan ide-ide dalam fikiran siswa yang belajar. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus. Untuk membantu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta-fakta atau ide-ide dalam fikirannya , maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis.

4. Masih sulit mencari penggunaan model mengajar yang tepat
Menurut Richard Anderson terdapat dua macam pendekatan dalam mengajar yaitu pendekatan yang berorientasi pada guruatau disebut “ Teacher Centered “ dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau “Student Centered”. Pendekatan pertama disebut pula tipe otokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Massialas yang mengajukan dua pendekatan yakni pendekatan “Ekspositeri” dan pendekatan “Iquiri” .
Kedua pendapat di atas pada hakekatnya sama , hanya nama dan istilahnya saja yang berbeda, sedangkan Bruce Joyce mengemukakan empat kategori yakni model informasi, model personal, model interaksi social dan model tingkah laku.
1. Kategori model informasi.
Pendekatan ini bertolak pada pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. . Hakekat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan . Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta menangkap kembali apa yang telah dimilikinya memlalui respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Menggunakan strategi atau model pembelajaran seperti ini pada saat mengajar geografi dianggap kurang optimal karena siswa tidak diberikan kesempatan turut aktif dalam proses pembelajaran. Sementara model pembelajaran yang diharapkan dalam KBK adalah guru berperan sebagai pasilitator dan parner belajar belajar guru. Saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar karena bahan belajar sudah banyak yang tersedia di luar dari bangku sekolah,misalnya di media cetak maupun media internet di mana saat ini pemerintah telah menyediakan sarana buku elektronik dimana setiap orang bebas mengaksesnya secara gratis.
2 Pendekatan inquiry / discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan obyek dalam belajar , mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar . Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah . Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri , mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan masalah. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa. Tugas berikutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan , namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam memecahkan masalah harus dikurangi.
Dalam pendekatan ini , metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan ini antara lain metode diskusi dan metode pemberian tugas.
Penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran geografi memang jauh lebih baik karena siswa diupayakan aktif dan ikut serta dalam, proses pembelajaran dan kedudukan guru hanyalah sebagai fasilitator yang mengatur scenario jalannya proses pembelajaran. Hanya yang menjadi persoalan adalah masih kurangnya kesiapan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, misalnya siswa belum mampu mengemukakan pendapat, perbendaharaan pengetahuan masih sangat terbatas , ditambah dengan sangat terbatasnya fasilitas yang ada seperti buku paket, media pembelajaran dan belum ada jaringan internet.
5. Sulit mencari teknik dan metode yang sesuai dengan materi ajar
Sekedar memberikan gambaran atau untuk mengingatkan kembali para guru mengenai metode mengajar , maka berikut ini akan dibahas berbagai jenis metode mengajar. Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahub membahu satu sama lain. Masing-masing metode memiliki kelemahann dan kelebihan . Tugas guru ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung kepada tujuan isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.
Ditinjau dari segi penerapannya , metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah yang kecil. Ada juga yang tepat digunakan di dalam kelas atau di luar kelas.
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat metode-metode mengajar yang sampai saat ini masih sering digunakan dalam proses belajar mengajar yang sampai saat ini sering digunakan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran geografi.
a. Metode ceramah , adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media. Namun yang menjadi masalah pada sebagian besar sekolah saat ini adalah dukungan alat dan media sangat kurang , sehingga pada pelaksanaan metode ceramah di sekolah hanya monoton lisan dari guru sehingga anak didik merasa bosan dan jenuh apalagi saat – saat jam terakhir. Kondisi ini diperparah dengan kondisi lingkungan sekolah yang berada dekat dari jalan raya sehingga suara bising sering mengganggu terlaksananya proses belajar mengajar.
Pada materi ajar geografi terdapat beberapa pokok bahasan yang tidak bisa dipahami siswa hanya dengan metode ceramah, salah satunya adalah bentuk muka bumi dimana siswa akan lebih mudah memahami jika dilakukan langsung pada obyeknya di lapangan. Demikian juga dengan pengenalan berbagai macam alat ukur seperti thermometer. Higromete, alat ukur CH,dan lain- lain , jauh lebih baik apabila siswa dihadapkan langsung pada peralatan tersebut.
b. Metode tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadi komunikasi langsung yang bersifat “two way traffic” sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa. Yang masih menjadi menjadi permasalahan yang sering timbul pada saat mengajarkan geografi sehubungan dengan metode Tanya jawab adalah siswa kurang berminat untuk bertanya karena kurangnya keberanian . Sedangkan jika dilemparkan pertanyaan masih banyak yang tidak mampu memberikan jawaban yang benar dan rasional. Hal tersebut penyebab utamanya adalah masih terbatasnya pengetahuan siswa dan masih sangat rendahnya motivasi belajar siswa.
c. Metode diskusi
Pada dasarnya diskusi adalah tukar menukar informasi pendapat dan unsur-unsur
Pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu , atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama . Oleh karena itu diskusi bukan debat , karena debat adalah perang mulut , orang beradu argumentasi , beradu paham dan kemanpuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan sumbangan tiap orang , kelompok diharapkan akan maju dari suatu pemikiran ke pemikiran yang lain . Langkah demi langkah sampai kepada faham terakhir sebagai hasil karya bersama.
Dalam pelaksanaan metode diskusi pada materi pelajaran geografi sering mengalami kesulitan apalagi jika materi yang disajikan oleh pembawa materi tidak diberikan jauh hari sebelum pelaksanaan diskusi,


6. Teknik penilaian
Seorang guru selain dituntut untuk memiliki kemampuan mengajarkan materi ajar , juga harus memiliki kemampuan melaksanakan penilaian atau evaluasi secara benar. Mulai dari rancangan penilaian ( yang dievaluasikan adalah materi yang telah diajarkan), guru juga harus memberikan data hasil evaluasi kepada peserta didik sesegera mungkin. Bahkan sedapat mungkin perolehan nilai siswa diketahui oleh orng tua atau wali siswa yang bersangkutan. Tugas seorang guru tidak cukup sampai pada evaluasi dan pemberian hasil evaluasi kepada siswa, siswa namun seorang guru masih dituntut untuk melakukan analisis , gunanya untuk mengukur keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kegiatan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum , dan apakah materi yang diajarkan sudah tepat sasaran. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan atau penilaian. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pintar, sedang, cukup, atau kurang dikelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya. Guru juga dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya.
Setiap proses pembelajaran harus dilakukan penilaian karena penilaian merupakan proses menetapkan kwalitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Sebagai suatu proses , penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang sesuai , mungkin tes tertulis ataupun tes lisan. Bentuk tes apapun yang dipilih , penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas yang meliputi tiga tahap yaitu persiapan , pelaksanaan dan tindak lanjut.
Jenis penilaian kepada siswa dapat pula diberikan secara langsing kepada siswa yang terdiri dari dua macam yaitu pertanyaan ingatan dengan pertanyaan pikiran. Prtanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejahmana pengetahuan sudah tertanam pada siswa,yang biasanya pertanyaan berpangkal pada apa, kapan, dimana, berapa dan yang sejenisnya.
Sedangkan pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan . Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana, dan sejenisnya :
Contoh pertanyaan ingatan :
- Berapa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 ?
Contoh pertanyaan pikiran :
- Bagaimana pendapatmu bila pertumbuhan penduduk di Indonesia dibiarkan terus meningkat ?
Mengingat kompleksnya proses penilaian , guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai . Dalam tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan antara lain penyusunan table spesifikasi yang di dalamnya terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian, serta jumlah instrument yang diperlukan. Kemanpuan lain yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam memberikan evaluasi adalah memahami teknik evaluasi baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik , prosedur pengembangan , serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi validitas, reabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa penilaian perlu dilakukan secara adil . Prinsip ini diikuti oleh prinsip lain agar penilaian bisa dilakukan secara obyektif , karena penilaian yang adil tidak dipengaruhi oleh factor keakraban, menyeluruh, mempunyai criteria yang jelas, dilakukan dalam kondisi yang tepat dan dengan instrument yang tepat pula, sehingga mampu menunjukkan prestasi belajar peserta didik sebagaimana adanya. Oleh karena itu , penilaian harus dilaksanakan dengan rancangan dan frekwensi yang memadai dan berkesinambungan serta diadministrasikan dengan baik
Dalam hal ini sangatlah jelas bahwa seorang guru hendaknya memiliki kemampuan dan terampil dalam melaksanakan penilaian karena dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi siswa setelah dilaksanakan proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan kwalitas proses belajar mengajar belajar mengajar selanjutnya. Selain menilai hasil belajar mengajar peserta didik guru harus menilai dirinya sendiri , baik sebagai perencana, pelaksana maupun penilaian program pembelajaran. Oleh karena itu dia harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagaimana memahami penialian hasil belajar



7. Pemberian ototnomi sekolah dan otonomi guru
Masing-masing daerah mempunyai kesiapan dan kemanpuan yang berbeda dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan . Permasalahan relevansi pendidikan selama ini diarahkan pada kurangnya kepercayaan pemerintah pada daerah untuk menata system pendidikannya yang sesuai dengan kondisi obyektif di daerahnya. Situasi ini memicu terciptanya pengangguran lulusan akibat tidak relevannya antara kurikulum dengan kondisi daerah .
Kurikulum sekolah yang amat terstruktur dan sarat beban menyebabkan proses pembelajaran di sekolah menjadi steril terhadap keadaan dan perubahan lingkungan fisik dan social yang berkembang dalam masyarakat . Akibatnya proses pendidikan menjadi rutin , tidak menarik, dan kurang mampu memupuk kreatifitas murid untuk belajar, serta guru dan pengelolah pendidikan dalam menyusun dan melaksanakan pendekatan pembelajaran yang inovatif.
Selain itu adanya penulangan materi pembelajaran khususnya pelajaran geografi di SMP dan SMA. Materi yang dibahas terlalu meluas namun tidak mendalam dan berulang pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembagian jam mengajar pada tingkat sekolah menengah pada pelajaran geografi mengalami pengurangan sementara materi bertambah. Pada tingkat SMP , mata pelajaran geografi terpadu dengan mata pelajaran IPS lainnya sehingga guru dituntut mempenyai kemampuan mengajarkan materi IPS secara terpadu . Sementara perlu ada artikulasi kurikulum atau kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar meneliti kurikulum secara menyeluruh , membuang hal-hal yang tidak diperlukan , menghilangkan duplikasi , merevisi metode serta isi pengajaran.
Bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud berkesinambungan pengalaman belajar mulai sejak TK sampai perguruan tinggi , antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lainnya secara horizontal.
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai pihak antara lain para administrator, kepala sekolah, TK sampai REKTOR Universitas , guru-guru dari tiap jenjang pendidikan , orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan Perspektif Reformasi . Berdasarkan perspektif kurikuler , pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik dan propesional dengan meningkatkankemampuan individu dalam memahami masyarakat dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dunia dengan cir ri-ciri
a. Mempelajari budaya, social, politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan.
b. Mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat.
c. Mengembangkan berbagai kemungkinan , kemampuan dan keterampilan untuk kerja sama guna mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik.
Oleh karena itu , pendidikan berwawasan global akan menekankan pembahasan materi yang mencakup:
a. Adanya saling ketergantungan diantara masyarakat dunia.
b. Adanya perubahan yang akan terus berlangsung dari waktu ke waktu.
c. Adanya perbedaan kultur diantara masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat . Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk saling memahami budaya yang lain.
d. Adanya kenyataan bahwa kehidupan dunia ini memiliki berbagai keterbatasan antara lain dalam wujud ketersediaan bahan-bahan kebutuhan yang jarang.
e. Untuk dapat memenuhi kebutuhan yang jarang tersebut tidak mustahil menimbulkan komplik-komplik.
Berdasarkan perspektif kurikuler tersebut pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki implikasi ke arah perombakan kurikulum pendidikan . Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkantidak lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integrative dalam arti mata kuliah lebih ditekankan pada kajian yang bersifat multi disipliner , interdisipliner dan transdisipliner.
Dalam pemberian totnomi kepada guru dimana setiap guru diberikan kebebasan apa yang mereka harus lakukan dalam proses pembelajaran. Yang penting adalah pencapaian target yang telah ditentukan dengan kata lain proses pendidikan bersifat product oriented yang berlawanan dengan prossess oriented yang dilakukan sekarang ini. Untuk mencapai target yang telah ditentukan kepada guru perlu diberikan insentif bagi guru yang berhasil melampaui target , dan sanksi bagi guru yang melakukan tindan kecurangan.
8. Penguasaan materi pem belajaran
Seorang guru harus menguasai materi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan dan mengembangkannya untuk mentransper bidang studi tersebut. Guru harus mempelajari peserta didik, menemukan alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik minat siswa, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat tersebut secara efektif dan efisien. Bidang studi yang diajarkan telah diseleksi sebagai bagian dari kurikulum. Guru harus mempelajari dengan seksama , termasuk urutan penyajiannya . Berbagai usaha untuk meningkatkan minat dan mempermudah pencapaian tujuan haruslah dilaksanakan , m isalnya alat peraga, warna dinding dan pengaturan cahaya atau ventilasi kelas.
Dalam penguasaan materi pembelajaran , guru janganlah beranggapan bahwa ia adalah yang paling pandai di kelas , karena beranggapan peserta didik yang ada di dalam kelas usianya relative lebih mudah dari gurunya sehingga guru merasa peserta didik sebagai kertas putih yang harus diisi tulisan. Perasaan ini jika dikaitkan dengan kondisi sekarang ini , peserta didik sudah memiliki berbagai sumber belajar . Mereka dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa yang mungkin guru belum menikmatinya.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah membantu peserta didik untuk mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan . Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta didik itu sendiri yang membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah memberikan stimulus , membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan peserta didik itu sesuai dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar , mencernah dan memodifikasi gagasan sebelumnya.
Dalam KTSP pendidikan yang benar harus membebaskan peserta didik untuk berfikir , berkreasi dan berkembang . Inplementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan semangat intelektual bagi setiap guru , mulai dari rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini menjadi fasilitator pembelajaran . guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai tehnik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten.
Guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk mamahami alami lingkungan sekitar maupun untuk solusi maupun untuk pemecahan masalah sehari-hari. Kegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian. Akan tetapi , kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan , meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berfikir dan cara bertindak atau berprilaku seb agai dampak hasil belajarnya.
Guru perlu menyediakan beragam kegiatanpembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pemahaman pengetahuannya. . Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digukana ketika akan menerapkan KTSP. Dengan demikian guru harus memiliki banyak pengetahuan yang lebih banyak berdialog langsung kepada siswa,baik itu akan menanyakan hal-hal yang memang belum dimengerti siswa atau siswa itu sendiri ingin mendapatkan lagi informasi yang langsung dari guru tersebut.
Seorang guru geografi haruslah dapat memahami semua apa peran dan fungsi georafi dalam pembinaan karakter bangsa khususnya nilai nasionalisme dan kesadaran berkonstitusi seperti mempelajari keanekaragaman fenomena geosfer , maka georafi harus mampu menjadi pelopor pengembangan pendidikan multi cultural. Melalui pendidikan ini geografi memiliki bahan dasar tentang obyek material geografi yaitu tentang kebhinekaan potensi bangsa sekaligus membangkitkan kesadaran warga Negara tentang Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan multi cultural menjadi penting dalam pendidikan geografi.


9. Perbedaan tingkat kecerdasan siswa
Di dalam satu kelas terdiri dari beberapa siswa . Jumlah yang umum pada sekolah lanjutan adalah 30 sampai 40 siswa. Keberadaan siswa tersebut membawa cirri khas yang berbeda antara satu dengan yang lain baik dari segi pembawaan, karakter. Latar belakang keluarga, tingkat ekonomi dan tingkat kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional EQ adalah himpunan bagian dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.(Shapiro, 1998 : 8).
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap , dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti membentuk kelompok belajar atau mengikuti kelompok belajar. Usaha semacam itu jelas positif , namun masih ada factor lainang tidak kala pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan itelektual yaitu factor kecerdasan emosional , karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi indifidu untuk menghadapi gejolak , kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, indifidu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Indifidu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motifasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatiannya pada tugas –tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik akan menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat , jarang tertular penyakit , lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar emosional. Secara emosional akan lebih cerdas , penuh pengertian , mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses di sekolah dan dalam berhibungan dengan rekan-rekannya. Serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang , kenakalan remaja, kekerasan serta free sex.
Di samping kecerdasan emosional , kecerdasan I ntelektul IQ juga sangat beragam pada setiap anak, terlebih pada sekolah yang membagi kelas siswa dengan cara acak dengan alas an penyebaran siswa sehingga dapat saling mendukung satu sama lainnya. Semua system pembagian kelas baik menggunakan sistim rangking ataupun yang secara acak masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing Bagi kelas yang dibagi berdasarkan rangking kelas seorang guru dapat melukukan variasi metode pembelajaran sehingga tidak hanya monoton pada metode tertentu, terutama pada kelas rengking teringgi, sedangkan pada kelas dengan rangking terendah dapat menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang cocok. Sedangkan pada kelas yang dibagi secara acak penggunaan metode mengajar tidak ada yang bisa berjalan dengan efektif kemampuan siswa yang tidak merata. Namun keuntungannya adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih dari temannya dapat memberikan bimbingan kepada temannya yang memiliki kemampuan akademik yang lebih rendah. Namun tidak jarang terjadi ada diantara anak yang memiliki kemanp[uan akademik yang tinggi dari teman sekelasnya , tapi karena terpengaruh dengan teman sekelasnya , akhirnya mengalami penurunan prestasi, bahkan ada yang sampai terjerumus lebih jauh.
10. Kurangnya pelatihan bagi guru.
Fenomena yang sering dialami oleh guru-guru saat ini salahsatunya adalah kurangnya kemampuan yang dimiliki guru dalam berbagagai hal dan perkembangan saman, terutama guru yang berada di daerah pedesaan. Hal tersebut sangat membutuhkan sara pelatihan bagi guru-guru seperti dalam hal pengembangan program kurikulum.
Pengembangan program pembelajaran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kwalitas pendidikan yang ada di Indonesia serta mendorong peningkatan profesionalisme guru , Dengan pengembangan program pembelajaran diharapkan guru mengetahui implementasi KTSP , program tahunan, program semester , pokok bahasan, serta program mingguan dan harian, progam remedial pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dalam KTSP dikatakan bahwa peran guru hanyalah sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar , yang dituntut ialah guru tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya , guru diharapkan dapat mendengarkan peserta didik , guru dapat menerima umpan balik yang positif maupun yang negative. Guru harus toleransi terhadap hubungannya dengan peserta didik dan guru harus menghargai prestasi peserta didik . Dengan demikian guru harus lebih mampu memahami pengembangan program pembelajaran. Namun kemampuan semacam ini tidaklah mudah, tapi dibutuhkan sarana pelatihan.
Terlebih lagi adanya visi masa depan saat ini, sangat ditentukan untuk melihat dan menyusun langkah-langkah yang relevan untuk untuk mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia menghadapi transpormasi masyrakat masa depan yang mengubah bentuk kehidupan yang diperlukan untuk dapat mengikuti perubahan social ekonomi politik masa depan yang ingin diciptakan melalui pembangunan nasional kita adalah membentuk suatu masyarakat industry yang didukung oleh penguasaan dan pengembangan teknologi serta ilmu pengetahuan
Kemajuan teknologi komunikasi akan memasuki proses pembelajaran manusia abad 21 termasuk Indonesia , Dunia tampa batas , begitu pula proses belajar akan mengalami perubahan total , Kita akan mengenal sekolah tampa dinding, bahkan sekolah tampa ruang , yang dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dimasa depan dengan masuknya teknologi komunikasi akan merobek-robek proses pembelajarantradisional karena akan menuntut kemampuan belajar mandiri yang merupakan inti dari proses pembelajaran masa depan yang serba cepat dan modern. Menghadapi hal tersebut dibutuhkan kesiapan berupa penguasaan teknologi yang mana dapat diperoleh melalui pelatihan terhadap guru-guru.

1 komentar:

  1. Artikel anda perlu dilengkapi data-data yang akurat di mana krn geografi mengkaji ruang dan waktu, perlu ditampilkan Daftar Pustaka

    BalasHapus